Saturday, July 14, 2012

MENGENAL ALAT MUSIK KACAPI
A. Sejarah Singkat Kacapi
Alat musik kacapi lebih dikenal berasal dari China sejak berabad-abad lalu. Alat berdawai ini menjadi pengiring tembang-tembang merdu. Tak hanya di China, musik kacapi juga banyak di gunakan oleh beberapa pemusik tradisional di tanah air.
Seperti halnya kebudayaan Sunda, alat kacapi merupakan alat musik kelasik yang selalu mewarnai beberapa kesenian di tanah Sunda ini. Membuat kacapi bukanlah hal gampang. Meski sekilas tampak kacapi seperti alat musik sederhana, tetapi membuatnya tidaklah gampang. Untuk bahan bakunya saja terbuat dari kayu Kenanga yang terlebih dahulu direndam selama tiga bulan. Sedangkan senarnya, kalau ingin menghasilkan nada yang bagus, harus dari kawat suasa (logam campuran emas dan tembaga), seperti kacapi yang dibuat tempo dulu. Berhubung suasana saat ini harganya mahal, senar Kacapi sekarang lebih menggunakan kawat baja.
B. Bentuk Alat Musik Kacapi
  1. Kacapi Parahu
Kacapi Parahu adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan memahatnya. Kecapi Tembang ini terdiri dari:
     a. Kacapi Indung
Kacapi indung memimpin musik dengan cara memberikan intro, bridges, dan interlude, juga menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi besar dengan 18 atau 20 dawai.
Kacapi indung (dulu disebut kacapi pantun atau kacapi parahu) adalah produk budaya lama yang pada awalnya digunakan dalam pantun Sunda. Pantun Sunda dapat diperkirakan sudah lahir sebelum abad ke-15 M. Dalam naskah kuno Sanghiyang Siksa Kandang Karesian (1518) yang dikutip oleh Nia Dewi Mayakania, istilah pantun sudah disebutkan, yaitu dengan ungkapan sebagai berikut: “hayang nyaho di pantun ma: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi: prepantun tanya” (bila ingin mengetahui pantun: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi: tanyalah juru pantun) (Mayakania, 1993: 62). Dapat diduga jenis kesenian ini sudah ada sebelum abad ke-15 Masehi.
Hingga saat ini, belum ada yang mencoba menggali nilai-nilai yang tersembunyi di balik kacapi indung, baik dari segi wujud dan bentuk kacapi indung itu sendiri maupun dari segi simbol-simbol yang terkait dengan peranan musikalitasnya.
Pada umumnya, kacapi indung hanya dikenal sebagai alat musik yang berfungsi untuk mengiringi vokal tembang sunda cianjuran. Padahal, dari bentuk dan wujudnya saja ada hal yang patut dipertanyakan. Mengapa wujud dan bentuk kacapi indung berbeda dari kacapi siter. Kemudian mengapa kacapi indung umumnya berwarna hitam, dan mengapa pula disebut kacapi indung. Pada awalnya, kacapi indung yang juga biasa disebut sebagai kacapi parahu, kacapi gelung, atau kacapi pantun, digunakan pada penyajian pantun untuk mengiringi lagu-lagu yang dibawakan oleh juru pantun.
Namun, karena tembang sunda cianjuran itu sendiri diduga berasal dari pantun maka kacapi pantun (yang sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan kacapi indung) digunakan sebagai salah satu instrumen untuk mengiringi lagu-lagu tembang sunda cianjuran.
Dalam penyajian tembang sunda cianjuran, kacapi indung memiliki peranan yang sangat dominan. Kacapi indung berperan sebagai pemberi rasa laras terhadap penembang (melalui tabuhan narangtang); berperan sebagai pemberi aba-aba terhadap penembang; berperan sebagai penuntun lagu; dan berperan juga sebagai pembawa irama lagu (melalui lagu-lagu panambih).
Lahirnya istilah kacapi indung diperkirakan setelah kecapi ini digunakan dalam konteks tembang sunda cianjuran. Ketika kecapi ini digunakan dalam pantun, tidak dikenal istilah kacapi indung, dan masyarakat Sunda menyebutnya dengan istilah kacapi pantun atau kacapi parahu. Berubahnya nama jenis kecapi ini –yang semula bernama kacapi pantun atau kacapi parahu kemudian menjadi kacapi indung– sangat terkait dengan peranan dari kecapi itu sendiri yang seolah berperan sebagai ibu.
Dalam konteks kehidupan masyarakat Sunda, peranan seorang ibu sangat besar, di antaranya sebagai pengatur ekonomi rumah tangga, pembimbing anak-anak, dan pendamping/pendorong bagi kemajuan suaminya. Oleh karena itu, dalam konsep pemikiran orang Sunda, kedudukan seorang ibu sangat dihormati, dan karena kedudukannya ini maka perempuan dimitoskan sebagai “penguasa” seperti tampak pada mitos Dewi Sri dan Sunan Ambu.
Masyarakat Sunda lama (pramodern) yang mata pencahariannya berladang memiliki pola berpikir dualisme secara paradoks. Dari pola berpikir dualisme yang paradoks ini melahirkan konsep berpikir pola tiga yang dapat dibuktikan melalui artefak-artefak budaya Sunda, seperti tampak pada bentuk kujang, bangunan rumah, letak sungai, dan sebagainya. Melihat fenomena seperti ini, penulis merasa tertarik untuk mencoba melihat apakah kacapi indung khususnya, dan tembang sunda cianjuran umumnya, juga dapat mencerminkan pola tiga?
      b. Kacapi Rincik
Kacapi Rintik memperkaya iringan musik dengan cara mengisi ruang antar nada dengan frekuensi-frekuensi tinggi, khususnya dalam lagu-lagu yang bermetrum tetap seperti dalam kacapi suling atau Sekar Panambih. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi yang lebih kecil dengan dawai yang jumlahnya sampai 15.
2. Kacapi Siter
Kacapi Siter merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kacapi parahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawah. Sisi bagian atas dan bawahnya membentuk trapesium.
Untuk kedua jenis kacapi ini, tiap dawai diikatkan pada suatu sekrup kecil pada sisi kanan atas kotak. Mereka dapat ditala dalam berbagai sistem: pelog, sorog/madenda, atau salendro.
Saat ini, kotak resonansi kacapi dibuat dengan cara mengelem sisi-sisi enam bidang kayu.
  1. Fungsi Kacapi Indung dan Kacapi Rincik
Dalam pertunjukkannya, Kecapi Indung dilengkapi dengan waditra lain seperti Suling Panjang atau Rebab. Selain sebagai alat tabuh untuk mengiringi Pantun Sunda, juga sering dipergunakan untuk mengiringi Tembang Sunda, Celempungan, Setra Karesmen, Gending Karesmen atau Sendratari. Selain itu sering dipergunakan untuk mengiringi pada acara Ngaras, Siraman serta Ngeuyeuk Seureuh pada acara pernikahan, acara siraman pada Gusaran dan Tingkeban serta hiburan pada perayaan lainnya.
  1. Pembuatan Kacapi Indung dan Rincik
Kecapi Indung terbuat dari kayu guluntungan atau golondongan yang dibobok seperti lubang pada Lesung dan pada dasamya diberi lubang memanjang. Diatasnya ditutup dengan papan kayu dan pada papan tersebut terdapat kawat yang direntangkan. Ujung kawat yang satunya dimasukan ke lubang mata Itik dan kemudian digulungkan pada pureut kayu begitu dengan ujung kawat yang satunya yang dipasangkan pada ujung kecapi
sebelah kanan. Pureut ini berfungsi sebagai pengatur nada, untuk melaraskan atau menyurupkan.
Pada Kecapi Rincik bahan yang digunakannya sama dengan Kecapi Indung, tapi pureutnya terbuat dari besi dan ditempatkan disebelah kanan kecapi, fungsinya pun sama dengan pureut pada Kecapi Indung.
  1. Cara Memainkan Kacapi
Kecapi merupakan alat musik petik yang menghasilkan suara ketika senar digetarkan. Tinggi rendah nada dihasilkan dari panjang pendeknya dawai. Nada dalam kecapi sunda memiliki 5 ( pentatonis ) tangga nada yaitu Da, Mi, Na, Ti, La. Pasangan alat musik kecapi sunda ini biasanya adalah suling sunda yang terbuat dari bambu. Alunan musik yang mengalir akan terasa mempesona pada telinga kita jika di mainkan keduanya.
Penalaan dan Notasi
Kacapi menggunakan notasi degung. Notasi ini merupakan bagian dari sistem heptachordal pelog.
Lihat tabel berikut:
Pelog degung Sunda
Pelog Jawa
1 (da)
6
2 (mi)
5
3 (na)
3
4 (ti)
2
5 (la)
1